saya tidak tau harus dikategorikan apa kasus ini..
mungkin kamu tau?
namun, mungkin saya harus cerita semua dari awal.
hingga mulut saya berbusa, tangan saya kaku serta otak saya yg beku.
jadi begini,
ketika awan berjanji pada hujan, untuk tidak mengikut-sertakan petir ketika hujan jatuh,
ternyata,
petir itu masih tetap utuh, tak bergeser sedikitpun eksistensinya.
jangankan hilang, ia makin bersinar di gumpalan hitam pada awan karena hujan.
Ia kilatkan cahayanya seakan melemparkan senyumnya yg satiris terkesan miris.
ternyata,
awan hanya samarkan keberadaannya agar hujan tak badai.
awan sembunyikannya dibalik putihnya yg penuh tipu daya serta muslihat.
dan hujan?
Ia masih tetap saja percaya pada awan-awan yg membiarkan hujan jatuh perlahan hingga habis tak bersisa.
tetes demi tetes harus Ia jatuhkan diri dengan petir yg menggetirkan serta mengoyak tiap tetesnya.
ketika habis, menangisi dunia, Ia pun akan kembali ke pelukan awan
dan harus terjatuh kembali dengan perihnya menahan getirnya petir.
begitulah siklus hidupnya.
dan hujanpun mungkin akan berhenti menangis ketika awan mampu memenuhi janjinya.
tau?
kamu tau harus dikategorikan kemana?
ahh, mungkin tidak.. karena kamu telah samarkan semuanya..
0 comment:
Posting Komentar