Besarnya Cinta Pada Suaminya Meruntuhkan Sebagian Dari Tembok Besar Cina

3:28 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Saat Kaisar Hsi Huang Ti mendapat cobaan dari Dewi Welas Asih dengan 2 tangkai mawar, yang satu telah mekar dan yang lainnya masih kuncup. Karena rasa bakti Kaisar Hsi pada istrinya, mawar yang telah mekar dengan indahnya diberikan pada istrinya, sedangkan yang masih kuncup dipersembahkan pada ibu suri (ibunya). Disinilah sebenarnya cobaan dimulai, mawar yang sudah mekar mulai layu dan mulai, dibarengi oleh layunya kecantikan sang permaisuri, sedangkan mawar kuncup yang dipersembahkan pada ibu suri mulai mekar diiringi oleh keajaiban sang ibu suri juga semakin cantik, bahkan kelihatan lebih muda dari sang permaisuri.

Rupanya kecantikan ibu suri pun mengalahkan kecantikan wanita seluruh negeri Cina, sehingga Kaisar Hsi pun tertarik untuk menikahi ibu suri, ibu kandungnya sendiri, namun niat kaisar yang telah mabuk kepayang oleh kecantikan ibundanya ditentang dengan keras oleh ibu suri, namun kaisar tidak pernah menyerah dan terus memaksa ibu suri supaya mau menikah dengannya.

Akhirnya, ibu suri mencari akal untuk mengakhiri niat sang kaisar. Ibu suri menyanggupi keinginan kaisar Hsi dengan satu syarat, yakni : Kaisar harus menutup seluruh negeri Cina dari cahaya matahari pada hari pernikahan mereka.

Karena besarnya keinginan untuk menikahi ibu suri, kaisar segera menyanggupi syarat yang diajukan ibu suri, maka dimulailah pembangunan tembok besar Cina. (Tembok tersebut hanya berupa dinding sedangkan bagian atapnya belum sempat dibangun).

Seluruh rakyat di negeri Cina dikerahkan untuk bekerja paksa membangun tembok besar tersebut, maka beribu orang mati saat pembangunan tersebut sehingga tenaga berkurang dan pembangunan pun berjalan lamban. Kaisar sangat tertekan dan mendatangkan banyak orang pintar untuk membantunya menyelesaikan masalah tersebut.

Datanglah seorang peramal pintar yang memberikan pemecahan atas banyaknya korban yang mati saat pembangunan tersebut, dengan cara mencari orang bermarga Wan (Hokkian=Ban : puluhan ribu) untuk dijadikan tumbal yang ditanamkan dilokasi pembanguan.

Pada saat tersebut dalam negeri tersebut hanya ada seorang marga Ban yang tersisa yang tinggal dibelahan lain Cina, yakni Ban Ki Neng, maka diperintahkanlah untuk mengundang Ban Ki Neng ke kota raja, Ban Ki Neng yang tidak tahu akan rencana Kaisar segera datang menghadap dan berakhirlah Ban Ki Neng sebagai tumbal pembangunan Tembok Besar Cina. Maka Tembok Besar Cina dalam versi mandarin bernama Wan Li Chang Chen (Hokkian=Ban Li Teng Shia=Tembok Panjang Puluhan Ribu LI) Istrinya Ban Kin Neng yang bernama Beng Khiu De, sedang hamil tua saat ditinggal pergi menunggu bertahun-tahun dan akhirnya tahu kalau suaminya telah dijadikan tumbal pembangunan tembok besar Cina memutuskan untuk meninggalkan anaknya pada orang tuanya dan menempuh perjalan jauh untuk mencari tulang belulang suaminya di kota raja.

Berbagai halangan dijalan dilewati atas perlindungan dewa, maka sampailah dia di gerbang masuk Tembok Besar yang belum selesai semuanya, hanya bagian tembok yang sudah selesai sehingga Beng Khiu De tidak bisa masuk.

Menangislah dia disisi luar Besar Cina sepanjang hari dan sepanjang malam,dan air matanya terus mengalir membasahi bumi. Langit tergetar oleh cinta seorang istri pada suaminya, langit bergelegar lantas bumi ikut bergetar ikut bersimpati pada Beng Khiu De, lalu....tiba tiba bagian tembok dekat Beng Khiu De pun rubuh rata dengan tanah. Akhirnya diapun dapat meneruskan niat sucinya untuk mencari tulang sang suami yang dicintainya.

Manusia memang penuh cinta, bahkan pepatah Cina mengatakan Ai Sing Man Thian Sia (Rasa Cinta Membanjiri Kaki Langit). Namun cinta seorang istri terhadap suaminya maupun suami terhadap istrinya sungguh suatu karunia yang mampu menggetarkan langit dan bumi.

Labels: ,

~Bukan Aku Tak Cinta~

3:27 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal.

Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidak digubrisnya. Pukul 18.30.

"Tinnn.. Tiiiinnnnn...!!"

Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dicintainya itu masuk ke rumah.

Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu menghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang.

"Mama, mama.. Mama, mama..." Cassie menggerak-gerakkan tangan Mama. Mama diam saja.

Dengan cemas Cassie bertanya, "Mama sakit ya? Mananya yang sakit? Mam, mana yang sakit?"

Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata.

Cassie makin gencar bertanya, "Mama, mama... mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya? Ya? Ya?"

Tiba-tiba...

"Cassie!! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!" Mama membentak dengan suara tinggi.

Kaget, Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung. Cassie salah apa? Cassie sayang Mama... Cassie salah apa? Takut-takut, Cassie menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati Mama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya: Mama, Cassie salah apa? Mama tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie mengganggu Mama? Cassie tidak boleh sayang Mama?

Berbagai peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassie merekam semuanya.

Maka tahun-tahun berlalu. Cassie tidak lagi kecil. Cassie bertambah tinggi. Cassie remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa.

"Tinnn.. Tiiiinnnnn...!!"

Mama pulang. Papa pulang. Cassie menurunkan kaki dari meja. Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu. Menghilang dari pandangan.

"Cassie mana?". "Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya."

Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir dengan hati terluka: "Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa dosaku? Ah, anak jaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orangtua! Tidak seperti jaman dulu."

Di atas, Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam. Dari jauh. Dari tempat dimana ia tidak akan terluka.

"Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?"

Labels:

~Si Cantik Yang Tidak Pernah Berbicara~

3:25 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Dahulu kala di Afrika hiduplah seorang gadis yang sangat cantik. Penduduk desa memanggilnya si Cantik, sejak lahir ia tidak pernah berbicara pada orang tua nya. Tidak seorangpun yang pernah mendengar sepatah kata keluar dari mulutnya.

Ayahnya sangat sedih. semua orang juga merasakan kesedihan itu. Akhirnya pada suatu hari sang ayah membuat sayembara ! Barang siapa dapat membuat anak perempuanku berbicara, dia akan menikah dengannya.

Berita tersebar keseluruh pelosok Afrika. Para pelamar berdatangan diseluruh daerah di Afrika. Dari yang kaya hingga yang miskin. Penduduk desa menonton dengan mata terbelalak. Semua pelamar datang dan membawa hadiah yang indah, tetapi semua tidak berhasil.

Pada petang hari tidak ada yang tahu kedatangan seorang pria tampan. Hanya si Cantik yang tahu. Pria itu mendekat dan mendatangi si Cantik. Tanpa sadar si cantik tersenyum kearah pria itu. Pria itu sama sekali tidak berbicara. Dia menunggu malam tiba, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ketika malam bertambah gelap, pria itu berdiri didepan sicantik, ia membakar kain indah untuk dijadikan penerang. Ketika kain itu habis terbakar, ia mengambil kain lain dan mulai membakarnya lagi. Begitu seterusnya, akhirnya pria itu mengambil kain yang terakhir, yang paling indah diantara kain yang lain " Tidak, jangan yang itu ... ! " Seru sicantik, dan akhirnya ia berbicara. Lalu akhirnya merekapun menikah.

Kesabaran, usaha dan pengorbanan pria tampan itu, berakhir dengan kesuksesan dan kebahagiaan.

Labels: ,

~Kau Takkan Tau~

3:24 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Alkisah di suatu negeri burung, tinggallah bermacam-macam keluarga burung. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan.

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok burung. Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai, burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung negeri burung.

Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan gesekan daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan.

Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan kegembiraan. Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua penghuni merasa senang.

Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya. Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang. Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3 anak elang yang nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh sang ayah.

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil anak-anak elang. Kejam...? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.

Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak. Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya:

”Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?”Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang jantan berkata: ”Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat”. Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya lalu mengepakkan kuat-kuat.

Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang. Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan. Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan kasih sang jantan.

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan. Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang, ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: ”Rentangkan dan kepakan sayapmu kuat-kuat!”Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak elang.

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan. Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan membawa si anak kembali ke sarang.

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:

”Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?”
”Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!” jawab si induk elang dengan penuh kasih.
”Tapi aku takut!’ ujar si anak
”Kami tahu, karenanya kami ta memaksa.” Jawab si induk elang lagi.
”Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?” tanya si anak
”Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!””Bagaimana caranya?””Percayalah pada kami!” Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada di tepi sarang.

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si anak elang bertanya lagi.”Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?”

Dengan tenang si elang jantan berkata:
”Anakku kalau kau tak pernah merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!”Lalu si induk elang menambahkan:

”Mulailah dari sekarang, karena langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan di mulai dari langkah awal, anakku!”

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung, maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat tekad terbangun untuk melangkah.

Sukses itu tak pernah ada kalau hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.

Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada digenggamanmu!

Labels:

~Seorang Teman Baik~

3:24 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju kelas, membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mengajak kita mengendarai mobil barunya,meyakinkan orang tua kita kalau kita boleh pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari pacar.

Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti apapun, meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Labels:

~Paradox Cinta~

3:23 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Pada saat saat tertentu kita semua merasa kesepian atau terpencil, seakan-akan ada kekosongan dalam diri yang membuat kita sangat menderita.
Kita semua tentu pernah merasa terasing dari orang lain, terpisah dari golongan kita, sendirian dan kesunyian.
Rasa kesepian ini dengan sendirinya mendorong kita memusatkan perhatian kepada diri sendiri. Untuk mengisi kekosongan ini, untuk memenuhi kehausan ini, kita lalu pergi, mencari orang lain yang mau mencintai kita.

Mungkin kita melakukan sesuatu untuk memperoleh cintanya. Dengan tangan yang satu kita memberi tetapi dengan yang lain kita meminta. Dan mungkin kita tertipu karenanya dan menganggap itulah cinta.

Kita menyadari, bahwa kesepian kita hanya dapat diisi oleh cinta orang lain. Kita tahu, bahwa kita harus merasa dicintai. Tetapi adalah suatu paradox: "Apabila kita mencari cinta orang lain itu hanya untuk mengisi kekosongan karena kesepian dalam hati kita belaka, maka kita tidak akan terhibur melainkan semakin merasa kesepian".
Terasa benar kenyataan: "Kamu ini tiada berarti, sebelum seseorang mencintaimu" . Hanya orang yang telah mengalami cinta itu mampu berkembang.

Adalah suatu kenyataan, bahwa dengan memberikan dan dengan menolak memberikan cinta, orang lain sangat mempengaruhi kemampuan kita menjadi seorang dewasa atau tidak. Memang, karena kebutuhan dan kekosongan kebanyakan dari kita menghadapi kehidupan dan orang lain dengan sikap mencari-cari.
Itulah orang malang yang menginginkan sahabat-sahabat, tetapi tak pernah dapat menjumpainya.

Syarat pokok memperoleh seorang sahabat adalah, bahwa kita mengehendaki sesuatu diluar sahabat-sahabat itu sendiri. Kita kebanyakan mengetahui kebutuhan kita untuk dicintai. Dan kita mencari cinta yang kita butuhkan itu dari orang lain. Tetapi paradox itu tetap berlaku: "Jika kita mencari cinta yang kita butuhkan, maka tak pernah akan kita memperolehnya" .

Memang cinta dapat memecahkan kesulitan-kesulitan kita, tetapi kita harus mengerti, bahwa untuk dicintai, kita harus menjadi seorang yang patut dicintai. Kalau seseorang bertujuan hidup mencari kepentingan diri, kalau ia mencari cinta hanya karena membutuhkannya, bagaimanapun halusnya tanggapan kita mengenai dia, dialah seorang egois. Ia tidak patut dicintai, walaupun ia perlu akan rasa belas kasihan kita. Selama dia memusatkan perhatian pada dirinya, kemampuannya mencintai tetap terhambat dan ia tetap seperti anak yang belum dewasa.

Sebaliknya, apabila seorang tidak berusaha supaya dicintai melainkan ingin mencintai, ia akan menjadi seorang yang patut dicintai dan pada akhirnya ia akan dicintai juga. Inilah hukum yang tak terubahkan. Selama perhatian terpusat pada diri sendiri, orang tidak pernah dapat menghindari kesepian, melainkan membuatnya lebih mendalam lagi. Inilah sebuah lingkaran setan:
makin kita terdorong oleh rasa kesepian untuk dicinta, makin parah kesepian kita ini.

Satu-satunya obat ialah : berhenti mementingkan diri dan mulai mementingkan orang lain. Tetapi jangan kira ini mudah! Memindahkan pusat pemikiran dari diri sendiri kepada orang-orang lain, sungguh merupakan usaha yang makan waktu seumur hidup. Makin sulit lagi, karena kini kita harus mendahulukan orang-orang lain dan bukannya kita sendiri. Kita harus belajar menanggapi kebutuhan orang lain, dan jangan mengutamakan kebutuhan sendiri.

Kesulitannya ialah, bahwa kita semua terlekat pada kepentingan sendiri.
Kita terlalu sibuk mencari perkembangan bakat-bakat dan kepribadian kita sendiri, dengan kebahagiaan dan cita-cita kita sendiri. Kita dapat bersifat egois dengan cara yang sedemikian halusnya, sehingga hampir tidak kentara.

Memusatkan perhatian dan usaha pada diri sendiri adalah suatu penghalang mutlak untuk kebahagiaan dan kepuasaan manusia yang sejati, yang hanya mungkin tercapai melalui cinta yang tulus. Kita masing-masing harus memutuskan bagaimana kita akan menghayati hidup ini.
Jika kita putuskan, mencari kebahagiaan dan kesepian yang akan kita jumpai!
Jika kita putuskan, mencari kebahagiaan serta kemajuan dan perkembangan orang lain, dan inilah cinta kasih, maka pastilah kita akan memperoleh kebahagiaan dan kepuasaan.

Cinta berarti mempedulikan, menerima dan memperhatikan orang-orang lain yang dicintai itu. Ini berarti pula memberikan diri, meskpun kadang-kadang meminta banyak pengorbanan.
Kita dapat mencintai orang lain hanya sejauh mereka menjadi pusat pemkiran, hati dan hidup kita. Kita hanya dapat menemukan diri dengan jalan melupakan diri. Kita harus sedia kehilangan hidup dan kepentingan kita, sebelum kita dapat memperolehnya dalam arti yang lebih mendalam.

Cinta yang berarti pengorbanan diri ini memang sulit. Pertama-tama karena kesukaran-kesukaran batin yang terdapat pada setiap orang, yaitu luka dan cacat warisan pengalaman setiap manusia, dan kedua, karena persaingan dan teladan dunia yang serba mencari keuntungan sendiri.
Cinta paling sedikit berarti pengorbanan seperti berikut: orientasi pemikiran, perhatian dan keinginan harus beralih kepada orang lain dan harus menanggalkan diri serta kepentingan sendiri.

Akan tetapi betapapun sulitnya, kehidupan dengan cinta, tidaklah sia-sia dan bukan tanpa imbalan. Bahkan sebenarnya hidup demikianlah yang sungguh-sungguh manusiawi dan bahagia, karena penuh dengan kecemasan yang sama mendalam seperti kehidupan, sama luasnya seperti seluruh dunia dan jangkauannya sampai ke akhirat.

Baru setelah kita mengatakan: "YA", untuk mencinta dan: "YA", untuk melupakan diri, maka kita akan merasakan bahwa kehidupan kita mengetahuinya.
Kita telah mengalami suatu perubahan radikal : pusat perhatian pindah dari diri sendiri kepada perhatian terhadap orang lain. Jadi, orang yang patut dicintai adalah orang yang mencintai.

Tetapi bagaimana kita dapat mencintai, kalau kita belum pernah dicintai?
Antara hitam dan putih selalu ada warna abu-abu, yang kehitam-hitaman atau keputih-putihan. Kita semua mempunyai kemampuan untuk mencintai, sedikit ataupun banyak, mempunyai kemampuan untuk memindahkan pusat perhatian dari diri kita sendiri kepada kebutuhan, kebahagiaan serta kepentingan orang lain. Sejauh kita dapat berbuat demikian, sejauh itu pula kita mencintai.

Mungkin mula-mula kita hanya dapat mencintai sedikit sekali, maka sedikit pula kita dicintai. Tetapi sejumput cinta yang kita terima akan memberikan daya untuk tumbuh dan berkembang menurut bimbingan cinta. Maka inilah tantangan apapun, kecil ataupun besar, untuk mencintai.
Makin besar usaha dan dedikasi kita, makin besar dorongan dan kekuatan hasil cinta akan kita terima. Tetapi pusat perhatian selalu bukanlah kita sendiri dan bukanlah apa yang akan diberikan kepada kita sebagai imbalan atau balas jasa. Dengan bertanya, "Apa yang telah kau perbuat bagiku?" , cinta kita mulai mati...

~Forgive & Forget~

3:23 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU. Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu ?" Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir.

"Since we all need forgiveness, we should always be forgiving.":x

Labels:

Real in My Memorial, Forgive Me

3:21 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Ikutan yach... ;;)

Gini nih critanya....
dulu aku punya kekasih... sebut saja dia Anis... *samaran*
tadinya dia tuh Lesbi "dalam artian suka sesama jenis" not sex lho ya.. :-O
nah aku mulai mendekat ke dia.. dan akhirnya dia suka aku...
ya dah jadian deh...
gimana ya.. dia itu org nya aneh si....
bahkan, waktu valentine aku dicium mulut di dalam kelas pula...

aku merasa dia suka aku...
bahkan saat aku mau putusin juga dia nekad mau bunuh diri....
aku bingung, sumpah deh... /sob

aku akui dia cantik.... pernah jadi none di sekolah...
aku akui dia pintar.... sekarang dia jurusan psikolog UI... *lah kok...
aku akui dia sporti... tim basketnya pernah juara sejakarta...
aku akui dia cerdas... juara 1 bahasa perancis di Bali....
kurang apa lagi? ya itu cinta...
aku kurang mencintainya.... why?... karna aku belum siap....
aku masi "suka" kekasihku yg dahulu...
*putus karna bokapnya pindah kerja, mesti tinggal beda pulau*
ya sudah.. ada Anis... yg deketin aku...

waktu liburan SMU, retret ke Puncak... aku seksi konsumsi sama Anis...
pulang beli makanan, basah kuyub kena air ujan...
anak2 pada pergi ke air terjun... jadi di tinggalin ber-2 di villa...
rada angker... jadi dia memutuskan mandi di kamarku....
tau2 dia kluar kamar mandi cuman pake handuk...
langsung... jebrett... polos di depanku... /omg
ngeliat tapi kaget campur bengong, mikir macem2 dah... jgn jgn ada setan neh....
setelah aku agak tenang, aku mendekatinya... "nis pake baju kamu" dia diem aja...
"nis, apa-apaan si?" akhirnya aku makein dia celana dalam,
pakaian dalam, baju sama celana.. swt... kek anak kecil dah....
asli setiap jengkal badannya aku liat bagusnyaa...
bagus bangeddd... dalam benakku.. andai.. ahhh... aku buang jauh2 pikiran itu...
fiuhh selese juga makein dia pakean... lalu aku cium keningnya...
dia cuman menunduk malu, "ya aku suka kamu wis..."
aku berkata lagi, "nis, kamu suka sama aku, tapi bukan begini caranya...
cinta itu ga harus memiliki seperti ini, aku ingin hatimu..."
lalu dia tampak tersenyum...
*bukan sok munafik, tapi beginilah aku.... *
kalau saat itu aku menurut nafsu... mungkin aku dah punya anak...
ahauhauha.... swt bgt kalo SMU dulu dah punya anak...

*Sampai suatu ketika aku sakit di opname, sakit Hepatitis...*
mirip HULK... tapi kalau HULK itu hijau, nah aku kuning hahhaha....
setelah dari ruangan khusus apa tuh namanya lupa...
aku trus di pindahin ke Ruang Umum kelas 1.... tapi lebih asik...
kebetulan di biayai oleh perusahaan tempat kerja bokap, katanya gratis hehehe...
soalnya 1 kamar aku sendirian.... ada kulkas, kamarmandi, ac, tv...
dan dia ada terus di sampingku dari pagi sampai malam... malam sampai pagi lagi...
disuruh pulang ga mau... kalau malam waktu berkunjung telah usai...
ada suster masuk, dia ngumpet di kamar mandi sebentar... *nekad*
suster cuman cek sebentar trus keluar,
dia tidur lagi di seblah ku sambil nonton acara TV...
kebetulan kamarku ada 2 spring bed... dan seblah ku kosong...
dia bawa tas pakaian sama laptop, laptop katanya biar aku ga bosen...
kadang dia yg main game tantra online... kadang aku yg browsing-browsing...
dia suka tidur disana menemani aku sampai malam... biar aku ga bosen...

tengah malam, tiba2 aku terbangun ngeliat ke kanan ada Anis lagi tidur
disaat tidurnya, wajahnya tampak lugu, tampak tulus niatnya...
disitu aku sadar... aku sering mengeluh tentang dia...
tapi Dia sama sekali ga pernah mengeluh tentang aku...
ciuman Valentine itu membuktikan cintanya di depan semua orang...
seolah menyatakan dirinya hanya milikku...
dia memang gila... tapi gila hanya untuk ku....
bahkan dia mau memberikan Jiwa-nya untukku...
kadang sikapku nyakitin perasaannya... tapi dia nahan dengan senyuman...
aku ga kebayang betapa pedih hatinya... tapi dia masi bertahan...
betapa banyak aku melukai perasaannya... tapi dia masi tetap setia..
di saat aku menyanjung pacarku yg dulu....
dia masi perhatian mendengarkan aku, walau itu terasa Perih...
sedangkan aku? aku apa yg aku perbuat?
saat dia yg bercerita, aku hanya menjawab dingin....
tapi mengapa dia masi bisa bertahan? kenapa? Kenapa Anis?
aku serasa mau nangis.... aku merasa bersalah...
apabila Hawa di ciptakan untuk menemani Adam...
aku ga sadar telah mematahkan tulang rusukku sendiri.... belahan diriku...
ya Tuhan... apa yg sudah aku perbuat?

Saat aku menitikkan air mata... aku bener2 sedih dan terharu...
saat aku sedih tengah malam itu, dia tiba2 membuka mata...
Aku agak tersentak, kenapa kejadiannya pas banged sih ?
Dan kenapa dia bisa merasakannya, sampai ikut terbangun???
seperti ada benang yg menghubungkan kami...

"ehh.. wis, kamu gpp? ga sakit khan? aku panggil suster ya?"
aku cepat2 meraih tangan nya....
lalu aku duduk di tempat tidur lalu mencium keningnya...
aku tambah sedih, teringat selama bersamanya aku baru 3x menciumnya...
waktu valentine itu, di puncak, sama sekarang...
aku berkata, "aku gpp kok nis, kamu lanjut bobo aja ya..."
dia jwb dgn lega "ohh ya sudah, aku kira tadi kenapa2, dasar... kaget tau..."
aku berkata, "gpp kok, bobo gih dah malem gini..."
dia jawab, "ya udah...", dia lanjut bobo di kasurnya...

aku teringat pepatah:
aku rasa dia ga mau mencari orang yg sempurna untuk dicintai
tapi dia ingin mencintai orang ga sempurna ini dgn cara yg sempurna...
dan aku rasa cinta sejati itu adalah pilihan...
dan mungkin dia telah memilih aku sebagai pilihannya...

saat aku bangun, tau-tau dia ada di Kursi seblahku... astaga...
dgn tangan masi meluk aku, kepalanya diatas badanku...
aku memegang kepalanya... belai rambutnya... aku tiup kepalanya lagi...
ngusap2 pipinya... sentil kupingnya, tapi dia ga bangun2...
aku rasa dia cukup cemas menjagaku, waktu aku tidur tadi malam...

Aku mengajarinya tentang, "Cinta tak harus memiliki"
tapi dia mengajariku lebihhh... lebih dari yg semestinya....
ia mengajariku tentang "Kesetiaan, Perhatian dan Kasih"...

*moga2 dia ga baca, bisa dimarahi aku nih... b-( ^:)^
just one little love story....


Best Regards,
Wisnu Murti

Labels:

~Aku Merasakan Apa Yang Dia Rasakan~

3:20 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

ada suatu kisah....bagus bgt....

Seorang petani mempunyai beberapa anak anjing yang akan di jualnya. Dia menulisi papan untuk mengiklankan anak-anak anjing tersebut, dan memakukannya pada tiang di pinggir halamannya.

Ketika dia sedang dalam perjalanan untuk memasangnya, dia merasakan tarikan pada bajunya. Dia memandang ke bawah dan bertemu mata dengan seorang anak laki-laki kecil. " Tuan," anak itu berkata, "Saya ingin membeli salah satu anak anjing anda."

"Yah," kata si petani, sambil mengusap keringat di lehernya, "Anak-anak anjing ini berasal dari keturunan yang bagus dan cukup mahal harganya."

Anak itu tertunduk sejenak, kemudian merogoh ke dalam saku bajunya, Ia menarik segenggam uang receh dan menunjukkannya kepada si petani.

"Saya punya tiga puluh sembilan sen. Apakah ini cukup untuk membelinya?"

"Tentu," kata si petani yang kemudian bersiul " Dolly, kemari!" panggilnya.

Dolly keluar dari rumah anjingnya dan berlari turun diikuti oleh anak-anaknya

Si anak laki-laki tersebut menempelkan wajahnya ke pagar, matanya bersinar-sinar. Sementara anjing-anjing tersebut berlarian menuju pagar, perhatian anak laki-laki tersebut beralih pada sesuatu yg bergerak di rumah anjing.

Perlahan keluarlah seekor anak anjing, lebih kecil dari yang lain. Ia berlari menuruni lereng dan terpeleset. Kemudian dengan terpincang-pincang berlari, berusaha menyusul yang lain.

"Aku mau yang itu," kata si anak, menunjuk pada yg anak anjing kecil itu. Sang petani berjongkok disampingnya dan berkata," Nak, kau tidak akan mau anak anjing yang itu, dia tidak akan bisa berlari dan bermain bersamamu seperti yang bisa dilakukan anak-anak anjing lainnya."

Anak itu melangkah menjauh dari pagar, meraih ke bawah, menggulung celana di salah satu kakinya, memperlihatkan penguat kaki dari logam yang melingkari kakinya hingga sepatu yg di buat khusus untuknya.

Ia memandang sang petani, dan berkata, "Anda lihat, tuan, saya juga tidak bisa berlari, dan anak anjing itu memerlukan seseorang yang memahaminya."

Dunia penuh dengan orang-orang yang memerlukan seseorang lain yang mau memahaminya.

yeah...untuk memahami dan merasakan seperti apa yg kamu rasakan...

Labels:

~Kisah Pohon, Daun & Angin~

3:19 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

POHON

Orang2 memanggilku “POHON” karena aku sangat baik
dalam menggambar pohon.
AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan
sebagai trademark pada semua lukisanku.
AKU telah berpacaran sebanyak 5 kali…

Ada satu wanita yang sangat AKU cintai..tapi AKU
tidak punya keberanian untuk mengatakannya…
Dia tidak cantik..tidak memiliki tubuh yang sexy..
Dia sangat peduli dengan orang lain..religius
tapi..dia hanya wanita biasa saja.
AKU menyukainya..sangat menyukainya..
Gayanya yang innocent dan apa
adanya..kemandiriannya..kepandaiannya dan
kekuatannya…
Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena…
AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi
untukku…
AKU takut…jika kami bersama semua perasaan yang
indah ini akan hilang…
AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya…
AKU merasa dia adalah “sahabatku”…
AKU akan memilikinya tiada batasnya…tidak harus
memberikan semuanya hanya untuk dia…

Alasan yang terakhir..membuat dia menemaniku dalam
berbagai pergumulan selama 3 tahun ini…
Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah
membuatnya menangis selama 3 tahun…

Ketika AKU mencium pacarku yang ke-2 terlihat
olehnya… Dia hanya tersenyum dengan berwajah
merah…”lanjutkan saja” katanya,
setelah itu pergi meninggalkan kami.
Esoknya, matanya bengkak..dan merah…
AKU sengaja tidak mau memikirkan apa yang
menyebabkannya menangis… but AKU tertawa…bercanda dengannya seharian di
ruang itu…
Di sudut ruang itu dia menangis…dia tidak tau
bahwa AKU kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal…
Hampir 1 jam kulihat dia menangis disana….

Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya…
Pernah sekali mereka berdua perang dingin, AKU tau
bukan sifatnya untuk memulai perang dingin…
Tapi AKU masih tetap bersama pacarku…
AKU berteriak padanya dan matanya penuh dengan air
mata sedih dan kaget…
AKU tidak memikirkan perasaannya dan pergi
meninggalkannya bersama pacarku…
Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti
tidak ada yang terjadi sebelumnya…
AKU tau dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak
tau bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia…
AKU juga sedih…

Ketika AKU putus dengan pacarku yang ke 5, AKU
mengajaknya pergi…
Setelah kencan satu hari itu, AKU mengatakan bahwa
ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya…
Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga
ingin mengatakan sesuatu padaku…
AKU cerita tentang putusnya AKU dengan pacarku…
Dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan
dengan seseorang…
AKU tau pria itu…dia sering mengejarnya selama
ini…Pria yang baik, penuh energi dan menarik…

AKU tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku, AKU
hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya…
Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat
dan AKU tidak dapat menahannya…
Seperti ada batu yang sangat berat didadaku…AKU
tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun apa daya…

Air mataku mengalir tak terasa aku menangis
karenanya…
Sudah sering AKU melihatnya menangis untuk pria yang
mengacuhkan kehadirannya…
Handphoneku bergetar…ternyata ada SMS masuk…SMS
itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis…

SMS itu berbunyi,”DAUN terbang karena ANGIN bertiup
atau karena POHON
tidak memintanya untuk tinggal?”

DAUN

AKU suka mengoleksi daun-daun, kenapa ?
Karena AKU merasa bahwa DAUN untuk meninggalkan
pohon yang selama ini
ditinggali membutuhkan banyak kekuatan.

Selama 3 thn AKU dekat dengan seorang pria, bukan
sebagai pacar tapi “Sahabat” .
Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama
kalinya…
AKU mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah
aku pelajari sebelumnya - CEMBURU…
Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan
menggunakan Lemon.
Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya
bersama selama 2 bulan…
Ketika mereka putus, AKU menyembunyikan perasaan
yang luar biasa gembiranya.
Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis
lagi…

AKU menyukainya dan AKU tau bahwa dia juga
menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya?
Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya
dahulu untuk melangkah?
Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih…
Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sedih dan
kecewa…

AKU mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang
bertepuk sebelah tangan…
Tapi..mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekedar
seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati…AKU
tahu kesukaannya…kebiasaannya…
Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa
diketahui…
Kau tidak mengharapkan AKU seorang wanita untuk
mengatakannya bukan ?
Diluar itu, AKU mau tetap disampingnya…memberinya
perhatian…menemani…dan mencintainya…
Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan
mencintaiku…
Hal itu seperti menunggu telephonenya tiap
malam…mengharapkan mengirimku SMS…
AKU tau sesibuk apapun dia, pasti meluangkan
waktunya untuk ku…
Karena itu, AKU menunggunya…
3 tahun cukup berat untuk kulalui dan AKU mau
menyerah…Kadang AKU
berpikir untuk tetap menunggu…
Dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini…

Akhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku…setiap
hari dia mengejarku tanpa lelah…
Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali
ada penolakan dariku…
AKU berpikir…apakah aku ingin memberikan ruang
kecil di hatiku untuknya ?!..

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba
meniup daun untuk terbang dari pohon…
Akhirnya, AKU sadar bahwa AKU tidak ingin memberikan
Angin ini ruang yang kecil di hatiku…

AKU tau Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh
jauh dan ketempat yang lebih baik…
Akhirnya AKU meninggalkan Pohon…tapi Pohon hanya
tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal…
AKU sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku…

“DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON
tidak memintanya
untuk tinggal?”

ANGIN

AKU menyukai seorang gadis bernama Daun…
karena dia sangat bergantung pada Pohon..jadi aku
harus menjadi ANGIN yang kuat…

Angin akan meniup Daun terbang jauh…
Pertama kalinya..AKU melihat seseorang memperhatikan
kami…
Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau
dengan teman2nya memerhatikan Pohon…
Ketika Pohon berbicara dengan gadis2, ada cemburu di
matanya…
Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di
matanya…
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku…seperti daun
yang suka melihat Pohon.
Satu hari saja tak kulihat dia…AKU merasa sangat
kehilangan…

Di sudut ruang itu, ku lihat pohon sedang
memperhatikan daun…
Air mengalir di mata daun ketika Pohon pergi…
Esoknya…Ku lihat Daun di tempatnya yang biasa,
sedang memperhatikan Pohon…
AKU melangkah dan tersenyum padanya…Kuambil
secarik kertas..kutulis dan kuberikan padanya…
Dia sangat kaget…

Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas
dariku…
Esoknya…dia datang…menghampiriku dan memberikan
kembali kertas itu…
Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya
pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.
AKU melihat kearahnya…kuhampiri dengan kata2
itu…
Sangat pelan…dia mulai membuka dirinya dan
menerima kehadiranku dan telponku…

AKU tau orang yang dia cintai bukan AKU…tapi AKU
akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku…
Selama 4 bln, AKU telah mengucapkan kata Cinta tidak
kurang dari 20x kepadanya…
Hampir tiap kali dia mengalihkan pembicaraan…tapi
AKU tidak menyerah…
Keputusanku bulat….AKU ingin memilikinya…dan
berharap dia akan setuju menjadi pacarku….

Aku bertanya,” apa yang kau lakukan? Kenapa kau
tidak pernah membalas?
Mengapa kau selalu membisu?”
Dia berkata, “AKU menengadahkan kepalaku”…

“Ah?” Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar…
“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak…

Kuletakkan telepon……melompat….berlari seribu
langkah…ke rumahnya…
Dia membuka pintu bagiku…Ku peluk erat-erat
tubuhnya…

“DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON
tidak memintanya
untuk tinggal?”

JIKA KAU MENGINGINKAN CINTA DARI
SESEORANG…TUNJUKKAN CINTAMU !!!!
CINTA TIDAK MEMBUTUHKAN KERAGUAN…TUNJUKKAN SAJA
Filed under: Cerita Cinta by Reshine at 1:18 pm
From : tedirachmadi.com /thx

Dapatkah Aku Menjadi Angin Yang Menghembuskan Ketulusan Cintaku Dihatimu??

Labels:

~Sebelum Kau Menceraikanku, Gendonglah Aku~

3:18 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Maaf kalo ini bukan karya asli gw...Ini gw ambil dari forum sebelah...Tanpa persetujuan dari dia tentu.....
Yang mo gw samaikan bukan ceriitanya....Tapi makna dari ceritanya... /wah

Pada hari pernikahanku,aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami.

Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.


Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka-sangka.

Dew hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yang cerah.

Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya.

Dew berkata , "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis."

Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata, "Pria sepertimu,begitusukses, akan menjadi sangat menarik bagi para gadis."

Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan di kantor"

Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan TV.

Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dewi. Ini adalah hiburan
bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa yang akan kau lakukan? "

Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jikatahu bahwa aku serius.

Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup bersama."

Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.

Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan"

Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir.

"Aku ingin bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.

Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut,"kenapa?"

"Aku serius."

Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa pergi oleh Dew.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian di mana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.

Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali.

Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.

Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?"

Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu", katanya,

"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu."

Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana
romantis.

Aku memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh.

Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra sekali"

Kata-katanya membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak kita."

Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana."

Hari keempat,ketika aku membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku dilenganku.


Bayangan Dew menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat.

Aku tidak memberitahu Dew tentang ini.

Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi ke kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatannya tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok.

Lalu ia melihat,"Semua pakaianku kebesaran".

Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu
sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku semakin
kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi , aku merasakan perasaan sakit

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut.

"Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"

Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampaikita tua".

Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga.

Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai.
Aku serius".

Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku.

"Kamu tidak demam".

Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku cuma bisa bilang maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"

Dew tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak.

Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, ku pesan sebuah buket bunga kesayangan istriku.

Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?

Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai kita
tua.."

Labels:

~Kisah Anne~

3:17 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum
mepunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam
kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya,
aborsi berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil,
sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik
ini kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua
orang
ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar
dalam perutnya, seorang bayi laki2 dan perempuan. Tetapi setelah
beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Tetapi bayi perempuan
mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran
tiba.
Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter
menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya.

Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang
istri mengalami depressi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan
bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga kuatir terhadap
kesehatan bayi laki2nya. "Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang
tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya
memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut,dengan mengatakan
bahwa ini adalah kehendak Tuhan.

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia
tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini
membuatnya lebih tabah. Pasangan ini berusaha keras untuk menerima
fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan,
bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang
masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka
tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang
sama,
dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa
beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh
donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang
mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi
mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus
bersujud kepada Tuhan. Pada mulanya, mereka memohon keajaiban supaya
bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon
agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka
yakin Tuhan punya rencanaNya sendiri.

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan,
tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian
berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne,
mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup
dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi.
Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi
sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne.
Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi.

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan
selamat.
Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne
dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis.
Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.
Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan
tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan
pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne), mereka sangat bahagia
melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih
karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja.

Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut.
Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang
berasal dari jiwa mereka yang terluka..

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk
melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat
2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk
saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah
enam jam.....

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ.
Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa donor
tsb berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut
sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama
6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut,
Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam
hati mereka selamanya...

Labels:

~Kisah Sedih Pencuci Piring~

3:16 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung?
Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah
menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhirpun. Berbulan
bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang
tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan
mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk
langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria
yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang
cucu dari putranya. "Aih, pasti segagah kakeknya," impinya.
Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura
kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya
sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua
kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau
perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta.
Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu
menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk
acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung.
Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi
plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop
yang tertutup rapat.
Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu
kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati
pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati
lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun
tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik
dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu.
Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya
dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang
harus mereka relakan menjadi milik pria lain.
Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira
yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya
ketahui hanya mendapat upah sepuluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis
untuk ratusan piring yang ia angkat. Sepuluh ribu rupiah yang diterima
setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya.
Sedih, pasti.
Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di
pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan
pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari
istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta
berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi
aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring
bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.
Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda
dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus
belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal
mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat
memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang
berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari
doa-doa para tamu yang hadir.
Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang
teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis
disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan
makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di
tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan
lapar hingga terlelap.
Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya
menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati
nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk
dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti
anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti
buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa
terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.
Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup
kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera di dinding
pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima Kasih untuk Tidak
Mubazir".
Mungkinkah?

Labels:

~Kisah Pohon Apel~

3:16 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.

Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.

Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu.

Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel.

Wajahnya tampak sedih.
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu.
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu.
"Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.
Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

"Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu.

"Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.

Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.

Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan
untuk membuat kita bahagia.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu,
tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.


Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Labels:

~Kamu Milikku Yang Paling Berharga~

3:07 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Kamu, Milikku yang Paling Berharga

Aku sangat menyukai ucapan mama: "Barang milikku yang paling berharga adalah kamu!" Ucapan yang sangat menyejukkan hati dan sampai sekarang aku masih mengingatnya terus!

Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua, demikianlah yang dialami para muda-mudi di jaman itu, tapi hal ini sudah umum. Di jaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan sendiri. Tapi mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan mereka tampak selalu mesra, akur bagaikan sejoli yang tak terpisahkan. Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai!

Badai itu nyaris memisahkan mereka hanya karena emosi sesaat saja! Papa dan mama bekerja diinstansi yang sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang bersama. Suatu hari mereka kerja lembur, mengadakan stock opname di gudang, hingga pukul 2.00 dinihari dan baru pulang kerumah.

Papa sangat letih dan lapar, sampai di rumah tidak ada makanan maupun minuman yang siap disaji. Papa yang lapar minta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Beberapa hari belakangan ini emosi mama memang tidak stabil, ditambah lagi dengan adanya lembur, badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehigga denagn kondisi yang labil itu, mama spontan menjawab dengan nada keras, "Mau makan dan minum, memangnya tidak bisa masak sendiri? Apa tidak punya tangan dan kaki lagi, ya?"

Karena papa juga terlalu capek, langsung menjawab dengan acuh tak acuh, "Kamu ini isteriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu!" Mama langsung merespon, "Tengah malam begini mau masak apa? Sudah lewat waktunya makan, orang laki seharusnya lebih kuat dari pada perempuan!"

Mendengar itu, marahlah papa, beliau langsung berteriak dengan emosi, "Kamu salah makan obat apa kemarin? Mau sengaja cari ribut ya? Istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu? Kamu tidak senang, ya? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini!!!"

Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yang begitu keras. Setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata, "kamu ingin aku pergi, baik aku akan pergi sekarang!" Mama segera kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Melihat mama masuk kamar dan berkemas-kemas, papa berkata kepada mama yang membelakanginya, "Bagus! Pergi sana! Ambil semua barang-barangmu mu dan jangan kembali lagi!"

Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata-kata kebencian lagi yang muncul, menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamar. Merasakan keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk kamar dan melihat mama sedang duduk diranjang penuh dengan linangan air mata. Sambil menatap koper kulit besar yang masih tergeletak di atas ranjang, melihat papa datang, dengan terisak-isak mama berkata, "duduklah di atas koper kulit itu, supaya aku boleh mengenang masa-masa perpisahan kita yang terakhir."


Merasa aneh, maka dengan sendu papa akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya, " "Untuk apa?" Sambil menangis denagn terputus-putus mama berkata, "Emas dan perak aku tidak memilikinya, "Tapi milikku yang paling berharga adalah kamu!" Kamu dan anak-anakku, aku tidak memiliki apapun...."


Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata-kata terakhir itu, papa merasa sangat tergoncang. Sejak malam itu, papapun sadar dan kembali menghormati dan menyayangi mama. Menggandeng tangan anak-anak, merangkul mama serta saling berpelukan. Kelak aku juga bercita-cita ingin mendapatkan pasangan seperti papa.


Bagaimanapun kehidupan yang kita jalani dan kita hadapi tidaklah penting. Namun yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi peristiwa dan kejadian dalam hidup ini, terutama di saat-saat muncul 'badai' yang menguji kita...

Labels:

~Mawar & Gelang Berlian~

3:06 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Mereka yang berpikiran negatif, menganggap perubahan itu menyakitkan. Namun, mereka yang berpikir positif, menganggap perubahan itu sebagai suatu kesempatan baik untuk mendapatkan sesuatu yang baru.

Alkisah ... disubuah negeri dongeng, adalah seorang Putri Raja yang mempunyai 2 macam benda kesayangan, yang satu adalah pohon mawar yang tumbuh disamping jendela kamarnya. Sedang yang satu lagi, adalah sebuah gelang emas yang berhiaskan butir-butir berlian, yang senantiasa ia pakai.

Setiap pagi Putri Raja membuka jendela kamarnya. Lalu, dengan tangannya yang putih halus berhiaskan gelang yan indah itu, ia selalu membelai-belai bunga warna merah yang mekar disamping jendela kamarnya itu.

Sementara itu, sinar mentari pagi yang cerah menyinari gelang sang putri. Membuat butiran-butiran berliannya berkilauan indah sekali.

Mawar dan gelang berlian pastilah berbahagia sekali, menjadi kesayangan sang putri.

Tetapi tidak demikian, mawar merasa iri kepada keindahan dan keabadaian gelang berlian.

Suatu pagi, ketika sang putri berada ditepi jendela dan sedang membelai mawar, menyeletuklah pada gelang berlian. " Alangkah enak nya menjadi sebuah gelang berlian."

"Ah, mengapa engkau berkata seperti itu ?" tanya gelang berlian kepada mawar.

"Kamu indah sekali. bentuk dan sinar kemilaumu abadi. sedangkan aku, sebentar lagi akan layu, lalu berguguran. sang putri tentu tidak akan meyukai aku lagi"

" Ah kawan, engkau jangan memandang diriku dari apa yang tampak, " jawab gelang berlian. " Ketahuilah, aku justru sedih dengan keadaanku, karena seumur hidupku , aku terus tetap berbentuk seperti ini"

" Benar, tapi aku semakin tua. dan mungkin suatu saat tidak akan berbunga lagi. Tidak seperti kamu yang indah sepanjang masa. "

" Oh mawar, aku justru iri kepadamu. meskipun ada saat nya engkau menjadi tua, tetapi lihatlah sepanjang hdiupmu. Engkau bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan bunga baru setiap saat. Bau mu juga harum semerbak. Aku sungguh ingin menikmati hidup sepertimu, yang senantiasa mempunyai hal baru, hari demi hari "

Mendengar kata-kata gelang berlian, mawar diam. Direnungkannya apa yang dikatakan sahabatnya itu.

" Benar juga kata-kata gelang berlian. walaupun setiap hari aku berubah, tetapi bukanlah perubahan itu indah ? setiap hari aku menemukan hal baru dalam hidupku. Tidak seperti gelang berlian, yang sepanjang masa begitu-begitu saja, " kata mawar dalam hati.

Sejak itu mawar tak pernah iri lagi pada gelang berlian. Juga tak pernah iri pada siapapun.

Labels:

~Ayah... Maafkan aku~

2:51 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.

Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok
Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang.

Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…..

Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi...,
Namun..., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Labels:

~Ayah Terhebat~

2:48 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

10-09-2007, 08:24 PM
Sudah beberap malam tubuh Noah panas tinggi dan keadaannya sungguh membuat kami kuatir. Kesedihanku tak terkatakan melihat lemahnya tubuh kecil Noah, dan kesedihanku semakin bertambah saat mengingat ketulian yang dideritanya. Suatu malam suhu tubuh Noah sangat tinggi sehingga aku dan Marty, suamiku sepakat bergantian untuk merawatnya. Tengah malam itu aku terjaga dan melihat Marty dengan penuh kasih sayang menimang-nimang Noah. Ia menaruh kepala Noah di dadanya yang bidang, supaya Noah dapat merasakan detak jantung ayah yang sangat mengasihinya. Untuk menidurkan dan menenangkan anak mai yang lain, biasanya kami menggunakan nyanyian atau bunyi mainan, tetapi untuk Noah kami menggunakan sentuhan. Noah terlihat tenang jika sedang dipeluk atau jemari kecilnya dipegang.

Beberapa menit kemudian aku bangun dan berdiri di depan pintu sambil memperhatikan pria yang luar biasa itu, ayah dari anak-anakku! Kemudian dengan lembut aku menyentuh bahunya sambil menawarkan diri untuk bergantian menggendong Noah, tetapi ia menggelengkan kepalanya. Malam itu aku kagum dengan pria yang telah kupilih menjadi pendamping hidupku, karena yang kutahu di luar sana banyak suami yang akan lebih memilih tidur di tengah malam daripada bergantian dengan istrinya untuk merawat anak-anak mereka.

Ketika pagi tiba, kami kembali membawa Noah ke dokter dan dokter menyarnkan agar kami membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di rumah sakit kami berdoa saat menanti hasil test yang dilakukan untuk mengetahui penyakit Noah.

Kami sehati berdoa memohon kesembuhan untuk Noah dan saat itu kami merasakan kekuatan baru Tuhan alirkan di hati kami. Tak lama kemudian dokter memanggil kami dan memberitahukan bahwa Noah hanya terkena influensa. Kami saling pandang dan tersenyum sambil menghapus air mata yang menetes di pipi.

Setelah pulang dari rumah sakit aku melihat hubungan Marty dan Noah semakin akrab. Marty sering membacakan buku cerita dengan memegang tangan Noah guna menyajarinya membentuk tanda dari huruf-huruf yang ada di buku itu. Bahasa isyarat pertama yang diajarkan Marty adalah mengatakan "aku mencintaimu". Sebagai wanita aku merasa mampu mengasihi dan memelihara keluargaku karena ditopang oleh suami yang hebat. Marty adalah pria paling tepat yang telah kupilih menjadi ayah bagi anak-anakku.

Alkitab menceritakan bahwa Ishak juga memiliki ayah yang hebat. Sebagai ayah yang hebat, Abraham mendidik Ishak menjadi orang yang takut akan Tuhan. Abraham memelihara Ishak ketika Sara telah meninggal dunia. Kehebatan Abraham sebagai ayah disempurnakan ketika ia meminta Eliezer pergi ek Aram-Mesopotamia untuk mencari pendamping hidup bagi Ishak dari kaumnya.

Ayah yang hebat adalah ayah yang menjadi sahabat bagi anak-anaknya.

Labels:

Saya Bersamamu Sayang

2:47 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan.
Mereka adalah pasangan yg saling mencintai dan
anak itu adalah buah hati mereka. Saat anak
tersebut berumur dua tahun, suatu pagi si ayah
melihatsebotol obat yg terbuka. Dia terlambat
untuk ke
kantor maka dia meminta istrinya untuk
menutupnya dan menyimpannya di lemari.
Istrinya, karena kesibukannya di dapur sama
sekali melupakan hal tersebut.

Anak itu melihat botol itu dan dengan riang
memainkannya. Karena tertarik dengan warna obat
tersebut lalu si anak memakannya semua. Obat
tersebut adalah obat yg keras yg bahkan untuk
orang dewasa pun hanya dalam dosis kecil saja.
Sang istri segera membawa si anak ke rumah
sakit. Tapi si anak tidak tertolong. sang istri ngeri
membayangkan bagaimana dia harus menghadapi
suaminya.

Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat
anaknya yang telah meninggal, dia melihat kepada
istrinya dan mengucapkan 3 kata.


PERTANYAAN :
1. Apa 3 kata itu ?
2. Apa makna cerita ini ?





JAWABAN :

Sang Suami hanya mengatakan "SAYA
BERSAMAMU SAYANG"

Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-
sangka adalah sikap yang proaktif. Si anak sudah
meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali. Tidak
ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang
istri. lagipula seandainya dia menyempatkan untuk
menutup dan menyimpan botol tersebut maka hal
ini tdk akan terjadi.

Tidak ada yg perlu disalahkan. Si istri juga
kehilangan anak semata wayangnya. Apa yg si
istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang
suami dan itulah yg diberikan suaminya sekarang.

Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara
pandang seperti ini maka akan terdapat jauh lebih
sedikit permasalahan di dunia ini.

"Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu
langkah kecil"

Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan
ketakutanmu. Kamu akan menemukan bahwa
sesungguhnya banyak hal tidak sesulit yang kau
bayangkan.


MORAL CERITA

Cerita ini layak untuk dibaca. Kadang kita
membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan
org lain atau siapa yg salah dalam sebuah
hubungan atau dalam pekerjaan atau dengan org
yg kita kenal. hal ini akan membuat kita
kehilangan kehangatan dalam
hubungan antar manusia.

:x:x

Labels:

Kasih Yang Sebenarnya

2:45 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Suatu malam, di sebuah stasiun radio, sedang berlangsung acara dimana
orang-orang berbagi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang semula
tercurah pada tugas statistik beralih ketika seorang wanita bercerita
tentang ayahnya. Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga
sederhana yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Sejak kecil ia sering
dimarahi oleh ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakan
olehnya benar. Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu
sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan sang
ayah yang ia dapatkan.

Pada waktu ia berumur 17 tahun, tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar
dari mulut ayahnya. Hal ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya.
Sosok ayah yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak
memperhatikan dirinya. Akhirnya ia memberontak dan tak pernah satu hari pun
ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya.

Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu meninggal
dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun
kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam
diri wanita itu masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.

Suatu hari ketika membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan
almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi dan
diatasnya tertulis "Untuk Anakku Tersayang". Dengan hati-hati diambilnya
bingkisan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam
tangan dan sebuah buku yang telah lama ia idam-idamkan. Disamping kedua
benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warna
kesukaannya. Perlahan ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan
yang ada di dalamnya, yang ia kenali betul sebagai tulisan tangan ayahnya.

Ya Tuhan,Terima kasih karena Engkau mempercayai diriku yang rendah ini.
Untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku Kumohon Ya Tuhan, Jadikan
buah kasih hambaMu ini Orang yang berarti bagi sesamanya dan bagiMu. Jangan
kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang Berikan pula jalan yang
penuh liku dan duri Agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya.
Sekali lagi kumohon Ya Tuhan, Sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia
tempuh Jadikan ia sesuai dengan kehendakMu Selamat ulang tahun anakku Doa
ayah selalu menyertaimu

Meledaklah tangis sang anak usai membaca tulisan yang terdapat dalam kartu
tersebut. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dalam pelukan
ibunya, ia menceritakan semua tentang bingkisan dan tulisan yang terdapat
dalam kartu ulang tahunnya. Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahwa ayah
memang sengaja merahasiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan keras
agar sang anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu kehilangan
sosok ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit yang diderita ........

Labels: ,

Saya Ibu Terburuk Di Dunia Ini

2:43 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh... Sam, suamiku, memberinya nama Eric.Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Ditahun kedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica.Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergike taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah...

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica, Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun..., 2 tahun..., 5 tahun..., 10 tahun... telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam... Malam dimana saya bermimpi tentang seorang anak... Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali... Ia melihat ke arah saya.Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy!" Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya,"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." "Eric...? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???" Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya.Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric...Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?" "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu," tapi aku akan nenceritakannya juga dengan terisak-isak... Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.

Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric... Eric... Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu.Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu... Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya...

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja.Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami.Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.

Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau, "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!" Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"

Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..." Sayapun membaca tulisan di kertas itu... "Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."

Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...Katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan...!!!" Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!"

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

Labels: ,

Sebuah Renungan

2:39 PM / Posted By Bee Diaz Prihatama / comment (0)

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku.
Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik.....dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung
diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, ....baru pulang kerumah,mandi,kemudian mengantar anak kami sekolah.
Tidurnya sangat sedikit, makannyapun sedikit....jadi Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun.
Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan dimeja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami,bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.
Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya,dibanding makan dirumah...
dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS,karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU,...seorang perempuan datang menjenguknya.
Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara,seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.
Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu,Meisha
bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku,..
dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang,ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya," Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh. dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya.

Dan..aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.
Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya.
Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah.
Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin.
Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu.Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka,hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun,rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

*Dear Meisha,*

*Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini,bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
**Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu,tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku.
Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.*
*Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya,seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami,namun tumbuh dengan lebat secara alami.
Itu yang aku rasakan.*
*Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang di iinginkan selama aku mampu.
Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, ....you are the only one in my heart.*

*yours,*
*Mario*

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat.
Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
menyayangiku.....Suamiku tidak pernah mencintaiku..... Dia tidak pernah bahagia bersamaku...... Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan dilemari bajuku..tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu.Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

..... Setahun kemudian......

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang.Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" *Mario, suamiku..*

*Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku...*
*Ternyata aku keliru..
aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.*
*Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "
kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"*
*Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.*
*Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku.
Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkauminginkan.*

*Istrimu,*
*Rima"*

*D*i surat yang lain,
*"...Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha.."*

Disurat yang kesekian,
*"...Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.*
*Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu,aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi.Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros,dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu.
Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu,untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi,aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah...*
*Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya...."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini.
*"......Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang,karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia... Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup,karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.*
*Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.*
*Tahukah engkau suamiku,*
*Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah,baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?..."*

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya,dari jauh aku
melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi.. aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante...aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi.
Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

*Dear Meisha,*
*Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar..
Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?*
*Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha.
Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku..*

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. *Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.*


Jakarta, 7 Januari 2009

(dedicated to my friend....may you rest in peace...)

Labels: